
Menu Makan Bergizi Gratis (Credit: Merdeka.com/Arie Basuki)
Kapanlagi.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh pemerintah hadir sebagai solusi untuk memastikan setiap anak mendapatkan asupan nutrisi yang optimal setiap harinya.
Dalam pandangan Prof. Tjandra Yoga Aditama, seorang ahli kesehatan terkemuka, sangat disarankan agar makanan dalam program MBG ini dihabiskan di tempat dan tidak dibawa pulang. Mengapa demikian? Sebab, jika makanan tidak ditangani dengan benar setelah dibawa pulang, risiko kontaminasi dan penurunan kualitas pangan bisa meningkat, yang berujung pada potensi keracunan.
Konsep ini sebenarnya sudah diterapkan di beberapa negara, salah satunya Jepang, di mana sisa makanan yang tidak habis dikonsumsi tidak boleh dibawa pulang. Dirangkum Kapanlagi.com dari berbagai sumber pada Jumat (21/2/2025), berikut penjelasan lengkapnya.
Advertisement
1. Mengapa Makanan MBG Tidak Boleh Dibawa Pulang?
Larangan membawa pulang makanan dari program MBG bukan sekadar aturan semata, melainkan langkah penting untuk melindungi kesehatan, terutama bagi anak-anak yang lebih rentan.
Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, makanan yang dibiarkan terlalu lama atau disimpan dengan cara yang tidak tepat dapat berubah kualitasnya dan bahkan menjadi sarang bakteri berbahaya. Risiko keracunan makanan pun mengintai jika makanan tersebut dikonsumsi dalam kondisi yang tidak higienis.
Selain aspek kesehatan, ada pula pertimbangan efisiensi distribusi; jika makanan dibawa pulang, bisa jadi penerima tidak mengonsumsinya atau malah membagikannya kepada orang yang tidak termasuk dalam sasaran program. Semua ini berpotensi mengurangi efektivitas program dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak yang menjadi prioritas utama.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
2. Sistem Pengawasan di Sekolah Diperlukan untuk Menjaga Keamanan Pangan
Agar program Makanan Bergizi (MBG) dapat mencapai tujuannya secara efektif, pengawasan yang ketat dari pihak sekolah menjadi sangat penting. Pengawasan ini tidak hanya mencakup pemberian makanan kepada siswa, tetapi juga cara mereka mengonsumsinya dan memastikan makanan tersebut tidak dibawa pulang.
“Ingat, ini program makanan bergizi, perlu antisipasi agar jangan jadi masalah kemungkinan yang tidak diinginkan dan malah jadi kontraproduktif,” ujar Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Jumat (21/2/2025), dikutip dari ANTARA.
Ia menekankan pentingnya menerapkan konsep keamanan pangan dalam seluruh proses penyediaan makanan MBG, mulai dari pemilihan bahan baku hingga penyajian di meja makan siswa.
Tak hanya itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga berperan aktif dalam memastikan bahwa makanan yang disajikan telah melalui uji keamanan pangan yang ketat, serta menerapkan strategi mitigasi risiko untuk menjamin bahwa setiap suapan yang dinikmati anak-anak benar-benar aman dan bergizi.
Advertisement
3. Pelajaran dari Jepang: Mengapa Makanan Sekolah Tidak Boleh Dibawa Pulang?
Jepang telah menetapkan aturan ketat mengenai konsumsi makanan di sekolah, di mana sisa makanan yang tidak habis harus dikelola dengan baik dan dilarang untuk dibawa pulang. Kebijakan ini bertujuan menjaga standar kebersihan dan keamanan pangan, memastikan anak-anak menikmati makanan dalam kondisi terbaik.
Dengan mencegah makanan dibawa pulang tanpa penyimpanan yang tepat, Jepang juga melindungi kesehatan siswa dari potensi masalah yang bisa timbul akibat penurunan kualitas makanan.
Selain itu, kebijakan ini berfungsi sebagai pelajaran berharga bagi anak-anak tentang pentingnya menghargai makanan dan tidak membuang-buangnya, sehingga di banyak sekolah, mereka diajarkan untuk menghabiskan setiap suapan demi mengurangi pemborosan.
4. BPOM dan Pengawasan Keamanan Pangan dalam Program MBG
Dalam upaya menjaga keamanan makanan bagi siswa, BPOM berperan krusial dalam program MBG dengan menerapkan langkah-langkah mitigasi dan komunikasi risiko yang cermat. Pengawasan yang dilakukan mencakup setiap tahap produksi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga penyajian di sekolah, sehingga setiap piring yang disajikan benar-benar aman untuk dikonsumsi.
Dengan standar yang ketat ini, risiko kontaminasi dapat diminimalkan, memungkinkan anak-anak mendapatkan gizi optimal tanpa khawatir akan masalah kesehatan. Pemerintah pun terus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG, memastikan bahwa dari distribusi hingga konsumsi, semua berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Dengan pendekatan yang lebih tegas terhadap keamanan pangan, program MBG diharapkan mampu memberikan manfaat maksimal bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
5. FAQ
1. Mengapa makanan MBG tidak boleh dibawa pulang?
Karena makanan yang tidak dikonsumsi langsung bisa mengalami kontaminasi, menurunkan kualitas gizi, dan berisiko menyebabkan keracunan.
2. Siapa yang mengawasi keamanan pangan dalam program MBG?
BPOM bertanggung jawab mengawasi keamanan pangan dari bahan baku hingga proses produksi dan distribusi ke sekolah.
3. Apakah aturan ini juga diterapkan di negara lain?
Ya, di Jepang, makanan sekolah tidak boleh dibawa pulang untuk menjaga kebersihan dan keamanan pangan bagi siswa.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)