
Quiksilver (credit: pixabay/artjoao)
Kapanlagi.com – Dunia ritel kembali bergetar dengan kabar yang mengejutkan dari industri pakaian dan perlengkapan olahraga ekstrem. Tiga merek ikonik yang telah lama menjadi primadona bagi para peselancar dan skater—Billabong, Quiksilver, dan Volcom—akan menutup semua toko fisiknya di Amerika Serikat. Keputusan pahit ini diambil setelah Liberated Brands, pengelola ketiga merek tersebut, mengajukan kebangkrutan di Pengadilan Distrik Delaware, AS.
Berdasarkan informasi, Liberated Brands yang berpusat di Costa Mesa, California, mengelola lebih dari 100 toko di AS untuk merek-merek ternama lainnya seperti RVCA, Roxy, Spyder, dan Honolua. Namun, laporan pengadilan mengungkapkan bahwa perusahaan ini terjerat utang hingga ratusan juta dolar, yang semakin sulit untuk dilunasi akibat berbagai tekanan ekonomi yang melanda. CEO Liberated Brands, Todd Hymel, mengungkapkan bahwa lonjakan suku bunga, inflasi yang berkepanjangan, dan perubahan pola belanja konsumen menjadi penyebab utama terpuruknya perusahaan ini.
Dalam pengumuman di situs resmi Billabong, Quiksilver, dan Volcom, terdapat informasi bahwa mulai 16 Februari 2025, mereka tidak lagi menerima kartu hadiah sebagai metode pembayaran. Meskipun tanggal pasti penutupan seluruh toko belum diumumkan, laporan menyebutkan bahwa mereka hanya memiliki dana yang cukup untuk bertahan satu minggu ke depan. Berikut adalah fakta-fakta penting yang dirangkum oleh Kapanlagi.com pada Selasa (11/2).
Advertisement
1. Faktor Penyebab Kebangkrutan Liberated Brands
Kondisi ekonomi global yang bergejolak telah menjadi badai besar bagi Liberated Brands, yang dipimpin oleh CEO Todd Hymel. Dalam upaya mempertahankan keberlangsungan perusahaan selama setahun terakhir, mereka harus berjuang melawan lonjakan suku bunga, inflasi yang tak kunjung reda, dan masalah rantai pasokan yang mengerek biaya operasional, sementara daya beli konsumen terus merosot.
Tak hanya itu, merek-merek ikonik seperti Billabong, Quiksilver, dan Volcom juga terjebak dalam persaingan sengit dengan tren fast fashion yang menawarkan produk lebih murah dan mudah dijangkau secara daring.
Meskipun telah mencoba berbagai langkah untuk meredakan krisis, seperti mencari investor baru dan memangkas tenaga kerja, semua usaha itu tak mampu menghentikan langkah mereka menuju kebangkrutan.
“Masalah-masalah ekonomi makro, termasuk kenaikan suku bunga yang cepat dan dramatis, inflasi yang terus-menerus, keterlambatan rantai pasokan, penurunan permintaan pelanggan jauh di bawah garis tren historis, pergeseran preferensi konsumen, dan biaya tetap yang substansial memberikan tekanan yang signifikan pada pendapatan dan struktur biaya Liberated,” kata CEO Liberated Brands, Todd Hymel, mengutip usatoday.com.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
2. Nasib Merek Quiksilver, Billabong, dan Volcom
Meski toko fisik harus tutup, merek-merek legendaris seperti Quiksilver, Billabong, dan Volcom tetap berkomitmen untuk bertahan di pasar.
Authentic Brands Group, sang induk, tengah merancang strategi cerdas dengan mencari lisensi kepada operator lain, sehingga ketiga merek ini bisa terus memproduksi dan memasarkan produk mereka melalui berbagai saluran, mulai dari pengecer khusus hingga platform daring.
Tak hanya itu, mereka juga aktif mencari pembeli untuk mengelola pemasaran merek-merek ini di Australia, Eropa, Jepang, dan Kanada, menunjukkan tekad untuk menjaga keberadaan mereka di panggung internasional.
“Meskipun menghadapi perubahan yang sulit ini, kami gembira karena banyak rekan berbakat kami telah menemukan peluang baru dengan pemegang lisensi lain yang akan membawa merek-merek hebat ini ke masa depan,” tulis pernyataan Liberated Brands.
Advertisement
3. Tren Penutupan Toko Ritel di AS
Tahun 2025 menjadi tahun yang penuh duka bagi penggemar budaya selancar dan skateboarding di Amerika Serikat, dengan penutupan toko-toko ikonik seperti Quiksilver, Billabong, dan Volcom yang menambah daftar panjang gerai ritel yang gulung tikar.
Dalam tren yang semakin mengkhawatirkan, lebih dari 15.000 toko diperkirakan akan tutup, dua kali lipat dari tahun sebelumnya, menandakan penurunan signifikan di sektor ritel. Penutupan lebih dari 100 lokasi gerai ini bukan hanya sekadar hilangnya tempat belanja, tetapi juga menandai akhir dari sebuah era bagi generasi milenial yang tumbuh bersama merek-merek tersebut.
4. Dampak Penutupan Toko Terhadap Industri Ritel
Keputusan menutup lebih dari 100 toko Billabong, Quiksilver, dan Volcom di AS semakin menambah daftar panjang pengecer yang terjebak dalam kesulitan finansial belakangan ini. Tak hanya mereka, raksasa ritel seperti Kohl’s dan Macy’s pun terpaksa menutup sejumlah gerai akibat tekanan ekonomi dan pergeseran pola belanja konsumen.
Menurut laporan Coresight Research, diperkirakan lebih dari 15.000 toko akan tutup pada tahun 2025, angka yang lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ini menggambarkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi industri ritel di tengah persaingan ketat dari platform online dan perubahan preferensi konsumen.
Selain itu, lonjakan biaya operasional dan ketidakpastian ekonomi global menjadi faktor utama yang menyebabkan banyak bisnis terpaksa gulung tikar. Dalam tekanan yang semakin mendesak, perusahaan-perusahaan ritel tradisional kini dihadapkan pada pilihan untuk berinovasi atau beradaptasi dengan model bisnis baru demi kelangsungan hidup di pasar yang kian kompetitif.
5. Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Meski toko-toko Billabong, Quiksilver, dan Volcom di AS akan segera menutup pintunya, jangan khawatir! Merek-merek ikonik ini akan tetap bersinar melalui saluran distribusi baru yang lebih modern. Authentic Brands Group tengah merancang strategi untuk memperkuat kehadiran produk mereka dengan memanfaatkan penjualan online, pengecer khusus, dan department store.
Bagi para penggemar setia, koleksi terbaru tetap dapat diakses melalui platform digital dan jaringan ritel yang masih beroperasi di luar AS. Di tengah perubahan ini, kasus kebangkrutan Liberated Brands menjadi pengingat penting bagi industri ritel tentang perlunya inovasi dan adaptasi untuk bertahan di tengah gejolak ekonomi yang terus berubah.
6. People Also Ask
Mengapa Liberated Brands mengajukan kebangkrutan?
Liberated Brands mengalami kesulitan finansial akibat inflasi, kenaikan suku bunga, dan persaingan dari fast fashion.
Apakah Billabong, Quiksilver, dan Volcom akan benar-benar hilang?
Tidak, merek-merek ini masih akan beroperasi melalui pemegang lisensi baru yang ditunjuk Authentic Brands Group.
Kapan semua toko Billabong, Quiksilver, dan Volcom di AS akan tutup?
Belum ada tanggal pasti, tetapi sebagian besar toko akan tutup dalam beberapa minggu setelah pengajuan kebangkrutan.
Apakah produk Billabong, Quiksilver, dan Volcom masih bisa dibeli?
Ya, produk mereka akan tetap tersedia di toko online, pengecer khusus, dan department store.
Apakah ada kemungkinan toko-toko ini dibuka kembali di masa depan?
Meskipun toko fisik tutup, ada kemungkinan model bisnis berubah dan merek-merek ini kembali dengan strategi ritel baru.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)