
Ilustrasi wanita bersin. (credit: pixabay/Mojpe)
Kapanlagi.com – Apakah Anda pernah merasakan hidung tersumbat yang tak kunjung reda, meski sudah mencoba berbagai obat flu? Jika iya, mungkin Anda mengalami hipertrofi konka, yaitu pembengkakan pada struktur konka di dalam hidung. Kondisi ini bisa mengganggu pernapasan Anda, menimbulkan berbagai gejala yang tidak nyaman, seperti nyeri pada wajah dan kesulitan bernapas.
Menurut data dari Hello Sehat, hipertrofi konka adalah masalah yang cukup umum, dialami oleh sekitar 25% orang yang mengeluhkan hidung tersumbat. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari gejala ini hingga kondisinya semakin parah dan memerlukan penanganan medis yang lebih serius.
Lalu, apakah hipertrofi konka berbahaya bagi penderitanya? Mari kita simak informasi selengkapnya agar Anda tidak meremehkan kondisi ini dan bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat. Simak rangkuman dari Kapanlagi.com, Selasa (28/1).
Advertisement
1. Apa Itu Hipertrofi Konka?
Hipertrofi konka, atau yang lebih dikenal dengan sebutan pembesaran konka, adalah kondisi yang dapat mengganggu kenyamanan bernapas kita. Di dalam hidung, terdapat tiga konka di setiap sisi—superior, tengah, dan inferior—yang berfungsi penting dalam menyaring dan melembapkan udara yang kita hirup.
Ketika konka, terutama yang inferior, mengalami pembengkakan akibat paparan alergen atau polusi, aliran udara menjadi terhambat, memicu berbagai gejala mengganggu seperti mimisan, mendengkur saat tidur, dan hidung meler.
Sayangnya, banyak orang yang salah mengira kondisi ini sebagai flu biasa atau sinusitis, sehingga diagnosis yang tepat sering kali terabaikan. Penting untuk mengenali gejala ini agar kita bisa mendapatkan perawatan yang sesuai dan menjaga kesehatan pernapasan kita!
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
2. Penyebab Hipertrofi Konka: Bisa dari Kehamilan sampai Debu
Hipertrofi konka, pembengkakan pada jaringan hidung, bisa disebabkan oleh beragam faktor yang saling berinteraksi, baik dari dalam tubuh maupun lingkungan sekitar. Salah satu pemicu utama adalah rhinitis alergi, yang muncul akibat reaksi tubuh terhadap alergen seperti debu, bulu hewan, atau serbuk sari, yang menyebabkan peradangan pada mukosa konka.
Tak hanya itu, rinitis non-alergi yang disebabkan oleh asap rokok, polusi, atau udara kering juga dapat memperburuk kondisi ini. Selain faktor-faktor tersebut, deviasi septum atau tulang hidung yang bengkok turut berkontribusi, karena dapat mengakibatkan tekanan udara yang tidak merata dalam rongga hidung.
Dalam beberapa kasus, infeksi sinus yang dibiarkan tidak diobati atau kelainan struktural bawaan, seperti konka bulosa, juga dapat menjadi penyebabnya.
“Hipertrofi Konka bisa disebabkan oleh deviasi septum kontralateral untuk melindungi mukosa hidung dari pengeringan akibat aliran udara berlebih (hipertrofi konka unilateral) serta bisa juga disebabkan rinitis alergi dan rinitis non alergi. Faktor lingkungan (debu dan tembakau) dan kehamilan juga bisa menyebabkan pembengkakan pada konka,” tulis laman EMC Health Care, dikutip Kapanlagi.com.
Advertisement
3. Gejala Hipertrofi Konka yang Tidak Boleh Diabaikan
Hipertrofi konka dapat menjadi momok yang mengganggu kenyamanan hidup, ditandai dengan hidung tersumbat yang tak kunjung reda meski Anda tidak sedang flu.
Banyak penderita merasakan betapa sulitnya bernapas melalui hidung, terutama saat tidur, yang berujung pada mulut kering saat bangun. Selain itu, gejala lain seperti nyeri di wajah atau pangkal hidung, tekanan di dahi, dan bahkan mimisan akibat iritasi pada mukosa yang bengkak juga sering menghampiri.
Tak hanya itu, gangguan tidur seperti mendengkur pun bisa muncul akibat sumbatan pada saluran udara. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat mengakibatkan hilangnya penciuman dan nyeri kepala yang mirip migrain.
“Jika Anda memiliki riwayat seperti penciuman berkurang, hidung tersumbat, kesulitan bernapas, kesulitan untuk menghidu bau/aroma, nyeri kepala dan rasa seperti ada tekanan di dahi serta sekitar hidung, gangguan tidur, nyeri pada area wajah, bibir kering saat bangun tidur, flu, mendengkur, itu bisa mengakibatkan anda mengalami hipertrofi konka,” tulis di laman Alodokter.com.
4. Bagaimana Hipertrofi Konka Didiagnosis?
Dalam upaya mendiagnosis hipertrofi konka, dokter THT akan memulai dengan pendekatan menyeluruh, dimulai dari anamnesis untuk menggali riwayat gejala dan kondisi kesehatan Anda. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dilakukan dengan rinoskopi, yang memungkinkan dokter melihat langsung keadaan mukosa hidung.
Jika diperlukan, langkah lanjutan seperti CT scan atau endoskopi hidung pun dapat dilakukan untuk menilai tingkat keparahan pembengkakan. Tes-tes ini sangat krusial untuk mengungkap penyebab utama hipertrofi, seperti deviasi septum atau infeksi sinus yang mungkin terlewat sebelumnya.
Diagnosis yang akurat menjadi kunci dalam menentukan pengobatan yang paling tepat, baik melalui terapi medis maupun tindakan bedah yang diperlukan.
5. Pengobatan Hipertrofi Konka: Obat dan Prosedur Operasi
Pengobatan hipertrofi konka bervariasi tergantung pada seberapa parah gejala yang dialami pasien. Di tahap awal, dokter biasanya merekomendasikan obat-obatan seperti dekongestan, antihistamin, atau semprotan hidung kortikosteroid untuk meredakan peradangan dan pembengkakan.
Namun, jika pengobatan medis tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan bedah seperti pemotongan tulang konka inferior atau diatermi submukosa bisa menjadi pilihan. Teknik ini bertujuan untuk mengecilkan ukuran konka tanpa mengganggu fungsinya, sehingga aliran udara kembali lancar.
Menariknya, teknologi mutakhir seperti Radiofrekuensi (RF) memungkinkan prosedur dilakukan tanpa sayatan besar, sehingga risiko komplikasi pascaoperasi dapat diminimalkan. Prosedur ini terbukti efektif dalam mengatasi hipertrofi kronis yang tidak merespons terapi medis.
Namun, perlu diingat, menurut Hallo Sehat, jika tidak ditangani, hipertrofi konka bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius akibat infeksi virus dan bakteri, sehingga penanganan khusus sangat diperlukan.
6. Apa saja gejala utama hipertrofi konka?
Gejala utama termasuk hidung tersumbat kronis, mimisan, nyeri wajah, dan gangguan tidur seperti mendengkur.
7. Apa yang menyebabkan hipertrofi konka?
Penyebabnya meliputi rinitis alergi, infeksi sinus, paparan polusi, dan deviasi septum hidung.
8. Apakah hipertrofi konka bisa sembuh tanpa operasi?
Pada kasus ringan, terapi obat dapat mengurangi gejala. Namun, kasus kronis sering memerlukan tindakan operasi.
9. Bagaimana cara mencegah hipertrofi konka?
Menghindari alergen, menjaga kebersihan rumah, dan menghindari paparan asap rokok dapat membantu mencegah pembengkakan konka.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)