KUBET – 8 Tipe Body Shaming dan Dampaknya yang Menghancurkan: Temukan Cara Efektif untuk Melawannya!

8 Tipe Body Shaming dan Dampaknya yang Menghancurkan: Temukan Cara Efektif untuk Melawannya!

The Miracle Korean Drama (credit: imdb.com)

Kapanlagi.com – Pernahkah kamu merasakan sakitnya dikritik karena penampilan fisikmu? Atau mungkin kamu pernah melihat seseorang diejek hanya karena cara mereka terlihat? Inilah yang disebut body shaming, sebuah masalah serius yang perlu kita pahami bersama.

Body shaming adalah tindakan merendahkan atau mengkritik seseorang berdasarkan penampilan fisiknya. Ini bukan sekadar komentar negatif yang sepele, melainkan bentuk pelecehan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental korban.

Memahami berbagai jenis body shaming sangat penting untuk mencegah dan mengatasinya. Dengan mengetahui bentuk-bentuknya, kita bisa lebih peka dan melindungi diri sendiri serta orang lain dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Ingatlah, setiap orang berhak merasa nyaman dan percaya diri dengan tubuhnya sendiri.

Berikut ini adalah 8 jenis body shaming yang perlu kita ketahui, dirangkum oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber pada Jum’at (11/4/2025). Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung!

1. Apa itu Body Shaming?

Body shaming adalah sebuah tindakan merugikan yang melibatkan kritik, ejekan, atau penghinaan terhadap seseorang hanya karena penampilan fisiknya, seperti ukuran tubuh, berat badan, warna kulit, tekstur rambut, bentuk wajah, hingga usia.

Ini bukan sekadar komentar negatif, melainkan bentuk pelecehan yang dapat menimbulkan dampak psikologis yang mendalam.

Baik secara langsung melalui kata-kata yang menyakitkan maupun secara online lewat media sosial, body shaming sering kali menyebar melalui komentar jahat dan meme yang merendahkan.

Dampaknya bisa sangat luas dan menyakitkan bagi korban. Penting untuk diingat bahwa tidak ada standar kecantikan yang universal setiap individu memiliki keunikan dalam bentuk tubuh dan penampilan mereka.

Mari kita bersama-sama menolak body shaming dan merayakan keberagaman yang ada!


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Sejarah dan Budaya Body Shaming

Pandangan masyarakat tentang bentuk tubuh ideal telah mengalami metamorfosis yang menarik sepanjang sejarah.

Di masa lalu, tubuh berisi sering kali dipandang sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran, sementara tubuh kurus justru dianggap mencerminkan kemiskinan.

Namun, sejak abad ke-19, dunia mulai beralih ke tren baru yang memuja tubuh ramping sebagai tolok ukur kecantikan, ditandai dengan munculnya buku diet pertama di Inggris.

Penulis Amy Erdman Farrell dalam karyanya “Fat Shame: Stigma and the Fat Body in American Culture” menggali lebih dalam tentang perubahan persepsi ini, sementara Sabrina Strings dalam “Fearing the Black Body: The Racial Origins of Fat Phobia” mengaitkan fatphobia dengan akar kolonialisme dan rasisme.

Pergeseran ini tak lepas dari pengaruh media massa dan industri kecantikan yang menciptakan standar kecantikan yang sering kali tidak realistis, membuat banyak orang merasa tertekan dan tidak percaya diri.

Istilah “body shaming” sendiri pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Philip Ellis, menyoroti betapa kompleksnya masalah ini dalam masyarakat kita.

3. Jenis-jenis Body Shaming

Berikut adalah 8 jenis body shaming yang sering terjadi:

1. Fat Shaming: Mengkritik atau mengejek individu yang dianggap gemuk, sering kali dengan tujuan merendahkan atau menstereotipkan mereka.

2. Skinny Shaming: Mengejek atau merendahkan individu yang dianggap terlalu kurus, sering kali dengan asumsi bahwa mereka tidak sehat atau tidak menarik.

3. Face Shaming: Menyoroti dan mengkritik bentuk, ukuran, atau ekspresi wajah seseorang, yang dapat merusak kepercayaan diri individu.

4. Body Hair Shaming: Mengkritik keberadaan atau ketiadaan rambut tubuh, seperti rambut di kaki, ketiak, atau area lain, yang sering kali dipengaruhi oleh norma-norma kecantikan yang tidak realistis.

5. Skin Tone Shaming: Menjadikan warna kulit seseorang sebagai bahan ejekan, baik itu kulit yang terlalu gelap atau terlalu terang, yang dapat memperkuat prejudis dan diskriminasi.

6. Age Shaming: Mengkritik penampilan fisik seseorang berdasarkan usia mereka, sering kali dengan menganggap bahwa penampilan tertentu tidak sesuai dengan usia yang sebenarnya.

7. Comparison Shaming: Membandingkan seseorang dengan standar kecantikan yang tidak realistis, yang dapat membuat individu merasa tidak cukup baik atau tidak layak.

8. Verbal and Physical Shaming: Body shaming dapat terjadi secara verbal (melalui komentar atau ejekan) maupun secara fisik (melalui tindakan atau sikap), yang keduanya dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental dan emosional individu.

Semua bentuk body shaming ini berbahaya dan perlu dihentikan untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dan inklusif.

4. Kenapa Body Shaming Harus Distop?

Body shaming bukan hanya sekadar kata-kata yang menyakitkan, tetapi juga senjata yang dapat menghancurkan kesehatan mental dan emosional seseorang.

Bayangkan, ketika seseorang dihadapkan pada kritik tentang penampilannya, harga dirinya bisa merosot tajam, membuatnya merasa tak berharga dan kehilangan kepercayaan diri.

Tak hanya itu, penelitian menunjukkan bahwa body shaming dapat memicu depresi dan gangguan makan, terutama di kalangan remaja yang rentan. Bagi mereka yang sudah berjuang dengan masalah berat badan, body shaming justru dapat memperparah kondisi kesehatan, seperti meningkatkan risiko binge eating.

Lebih parahnya lagi, siklus negatif yang ditimbulkan dapat memicu kecemasan, gangguan dismorfik tubuh, bahkan meningkatkan risiko bunuh diri.

Semua ini berakar dari standar kecantikan yang tidak realistis, yang membuat banyak orang merasa tidak pernah cukup baik. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menghentikan body shaming dan menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi semua orang.

5. Cara Menghadapi Body Shaming

Menghadapi body shaming bisa jadi tantangan, namun ada langkah-langkah yang bisa kamu ambil untuk melindungi diri. Pertama, kenali dan akui perasaanmu ingat, kamu tidak sendirian, dan setiap emosi yang kamu rasakan itu sah.

Selanjutnya, batasi paparan terhadap media sosial atau lingkungan yang memicu body shaming, dan bangunlah jaringan dukungan dengan orang-orang terdekat yang selalu siap mendengarkan.

Jika perlu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional, seperti terapis atau konselor, demi kesehatan mentalmu. Ingatlah, nilai dirimu jauh lebih dalam daripada penampilan fisik.

Tetapkan batasan pada komentar negatif dan beranilah untuk berkata tidak. Mari kita bersama-sama menciptakan suasana yang lebih positif dan inklusif, di mana setiap individu merasa nyaman dan percaya diri dengan tubuhnya. Tolak body shaming dan rayakan keberagaman!


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *